Serba Serbi

“Jumat Berkah di Masjid Roudlotut Tholibin: Di Antara Nasi Bungkus dan Hati yang Ikhlas

LINTASHUKRIM-SURABAYA , Di tengah kesibukan hidup dan hiruk-pikuk kota, ada sepotong ketenangan yang lahir dari keikhlasan warga. Tepatnya di Jalan Medokan Sawah No. 76, Surabaya, setiap hari Jumat, Masjid Roudlotut Tholibin ramai oleh jamaah… dan juga oleh ratusan nasi bungkus yang siap dibagikan.

Kegiatan bertajuk Jumat Berkah ini bukan program formal, bukan juga hasil proposal. Ini murni gerakan hati—dimotori warga yang datang dengan sukarela membawa makanan, tanpa paksaan, tanpa jadwal piket. Jumlahnya? Jangan dikira sedikit. Rata-rata lebih dari 300 porsi setiap pekan, semua disiapkan untuk jamaah salat Jumat. Yang lapar kenyang, yang kenyang tambah syukur.

Menurut panitia kegiatan, H. Yatno atau yang lebih dikenal sebagai Abah Yatno, warga sekitar menunjukkan antusiasme luar biasa.

“Warga antusias banget. Nggak perlu diingatkan, setiap Jumat pasti ada yang datang bawa makanan. Ada yang bawa nasi pecel, rawon, kadang sampai ada lauk dua macam. Ini bukan cuma soal sedekah, tapi juga bentuk cinta,” ujarnya sambil tersenyum.

Kegiatan ini, kata Abah Yatno, juga menjadi ajang silaturahmi. Orang-orang yang mungkin sibuk bekerja di hari biasa, berkumpul setiap Jumat, berbagi, dan saling mendoakan.

Pada Jumat (1 Muharram 1447 H), khutbah yang disampaikan oleh KH. Achmat Mudzakir terasa istimewa. Dalam khutbahnya, beliau mengangkat falsafah Jawa yang kaya makna: “Urip iku urap lan urup”—hidup itu harus berarti, menyala, dan memberi terang bagi orang lain.

“Jangan cuma jadi manusia yang sibuk mengejar cahaya, tapi jadilah cahaya bagi orang lain,” pesan beliau, yang disambut anggukan setuju dari para jamaah.

Dan benar saja, di Medokan Sawah, cahaya itu tak hanya datang dari lampu masjid. Tapi juga dari hati-hati ikhlas yang memilih berbagi—dalam diam, tanpa pamrih, namun penuh makna.

Karena sejatinya, Jumat bukan sekadar hari penghujung kerja. Di sini, Jumat adalah hari yang menumbuhkan harap, menghidupkan cinta, dan menyatukan sesama lewat semangkuk nasi dan seulas senyum.

Berita Lainnya

Back to top button